Belajar dari Masyarakat Brisbane
Satu minggu ini di akhir bulan Agustus 2023 saya berkesempatan untuk mengunjungi kota Brisbane ibukota negara bagian Queensland Australia. Berombongan kami datang, ada yang untuk pertama kali dan ada yang ke sekian kalinya. Tujuan kami adalah untuk melakukan benchmarking dengan Technological and Further Education (TAFE) Queensland dan mengembangkan kerjasama antara kampus kami dengan TAFE.
Pertama kali datang ke Brisbane kesan pertama yang kami dapatkan adalah kota yang bersih, tenang dan nyaman. Setibanya di Hotel kami juga disambut dengan baik oleh para resepsionis yang siap membantu kami. Cuaca yang nyaman, hawa yang sejuk dan bersahabat membuat kami nyaman untuk tinggal di sana selama beberapa hari.
Karena kami berangkat hari Sabtu malam dan sampai di Brisbane pada hari Ahad, maka disana terlihat banyak masyarakat yang menghabiskan waktunya untuk bersantai, berkunjung ke pasar mingguan kalo di Indonesia namanya pasar kaget sedangkan jika di Tegal namanya adalah pasar Belek. Secara umum bentuk pasar nya sama seperti pasar kaget nya kita, ada yang jual baju, jual souvenir, make up dan pernik-pernik nya dan banyak lagi.
Di Brisbane jarang saya jumpai tukang sapu jalanan, tempat sampah nya pun tidak di setiap sudut, tetapi kondisi jalanan bersih dan hampir tidak ada sampah plastik. Selain itu air keran juga bisa diminum meski tanpa dimasak. Mobil-mobil yang berseliweran juga mobil keluaran terbaru gak ada mobil jadul lagi. Selain itu pepohonan juga rapi di pinggir jalan dengan settingan batu-batu kecil di sekeliling nya tetap membuat pejalan kaki nyaman. Orang-orang lebih suka jalan kaki atau bersepeda menuju tempat tujuannya. Bahkan ada peminjaman skooter yang di parkir di pinggir jalan. Skooter tergeletak begitu saja plus helm nya, yang kalo di negeriku kayaknya skooternya kalo gak di jagain sama yang punya bakalan hilang hahaaaa….
Hal yang paling membuat saya berpikir adalah bagaimana cara pemerintah negara bagian Queensland memberikan kelayakan dan kualitas hidup yang lebih baik bagi warganya. Penghasilan masyarakat di Brisbane rata-rata sekitar AUD 3.807/ bulan atau jika dirupiahkan adalah sekitar 38 juta per bulan. Selain itu fasilitas yang diberikan oleh pemerintah nya dalam menjaga sustainability lingkungan juga sangat mendukung. Tempat sampah yang sudah di klasifikasikan juga banyak di jumpai. Jadi di Brisbane tempat sampah itu minimal ada dua kotak, kotak yang recycle dan non recycle.
Di hampir setiap sudut ruangan ada sampah minimal terklasifikasi menjadi dua macam. Dan hal itu sudah rata di semua penjuru ruangan dan begitu pula di sudut-sudut kota. Mereka sangat mempedulikan sustainability lingkungan. Keberlangsungan kehidupan yang ada di sekitar mereka. Mereka concern dengan sampah yang telah mereka hasilkan akan kemana. Apakah akan berdampak buruk bagi lingkungan atau akan bermanfaat. Karena sangat perhatiannya mereka, mungkin mereka akan berkernyit di dahi melihat kita masih sangat suka menggunakan plastik dan buang sampah sembarangan heheee….
Mereka tidak hanya memahami SDGs sekedar teori semata, sekaligus mereka melaksanakan di daily life nya mereka. Mendengar penjelasan Paul si manager hospitality program tadi membuat hati ini merasa pilu… hahahaaa… betapa di negeri yang teramat indah ini sampah masih jadi masalah utama. Sedangkan di negeri yang nun jauh disana sampah sudah sedemikian terorganisir dan teredukasi plus dilakukan oleh semua warganya. Bikin tambah semangat untuk memperbaiki diri dan komunitas deh …
Yang dimaksud dengan program hospitality di TAFE menerapkan sustainability dalam setiap aktivitas nya diantara nya adalah mereka memastikan bahwa sampah komposter mereka akan di berikan kepada para petani agar dapat digunakan sebagai pupuk organik mereka, sehingga para petani tidak perlu lagi beli pupuk untuk tanaman yang akan di jual kepada TAFE. Selain itu mereka juga memastikan para petani yang mengirimkan produk ke mereka telah melakukan keamanan dan kenyamanan bagi para binatang dalam proses produksinya. Kalo dalam bahasa daerah nya .. para sapi yang akan di sembelih dipastikan tidak diglonggong lebih dulu biar terlihat gemuk. Sampai segitunya mereka memastikan semua hal itu baik-baik saja dan sudah sesuai dengan norma dan etika.
Di semua bungkus makanan yang take away, mereka sudah tidak lagi menggunakan bungkus makanan plastik. Semua diupayakan kalo pun plastik tapi yang ramah lingkungan. Bahkan sendok dan garpu bahkan pisau untuk makanan pun mereka gunakan dari kayu. Belum bisa bayangin kan bagaimana bentuknya. Berikut ini gambar untuk sendok kayu yaa…
Luar biasa komitmen akan kebersihan dan keberlanjutan lingkungan yang sudah dilakukan ya. Jika dalam bahasa seorang muslim mereka telah melakukan apa itu kebermanfaatan untuk lingkungan. Mereka menunaikan apa yang di maksud hidup agar bermanfaat bagi sekitar. Ada satu lagi adalah aktivitas stop and swap yang mereka lakukan.
Stop and Swap adalah aktivitas mereka untuk menunjang keberhasilan upaya go green atau salah satu aktivitas untuk mendukung sustainable development goals nya mereka. Mereka meminta semua civitas akademika untuk mengumpulkan semua barang yang masih layak pakai kecuali item-item tertentu dan kemudian di letakkan di satu tempat tertentu dan orang lain nanti akan membawanya tanpa bayar. Sehingga mereka tidak lagi membuang barang yang mereka sudah tidak dipakai lagi sekaligus mereka juga dapat bertukar ataupun mengambil barang yang tersedia untuk dibawa pulang. Jadi semua orang senang, bisa mendapatkan apa yang di inginkan sekaligus gudang mereka tidak akan penuh sesak.
Barang yang tidak boleh di stop and swap diantaranya adalah obat-obatan pribadi, barang personal care yang sudah rusak label nya atau sudah digunakan, mainan yang sudah rusak, baju kotor dan hal-hal yang tidak etis untuk diberikan lainnya. Bisa jadi ide juga untuk berbagi dengan sesama yaa..
Kegiatan stop and swap seperti ini mungkin masih belum wajar dilakukan di masyarakat kita, tapi bukan tidak mungkin untuk dilakukan. Bisa dimulai dari komunitas terkecil dulu apakah di perkumpulan ibu-ibu RT, ibu-ibu pengajian ataupun diantara mahasiswa dan dosen. Banyak hal yang bisa amati, tiru dan modifikasi sesuai dengan kearifan lokal negeri kita. Asal tujuan utama nya dapat tercapai, yaitu tidak membuang barang secara percuma dan dapat bermanfaat untuk sesama.
Meskipun rasanya masih banyak hal yang ingin diceritakan tapi rasanya cukup dulu ya berbagi untuk hari ini. Nanti disambung lagi dengan hikmah kunjungan yang lain.
Semoga bermanfaat.